EKA DIBUNUH ATAU BUNUH DIRI
Misterius kematian Eka Suryani, kelahiran 7 Mei 1992. Ibu satu anak ini bersuamikan Teguh Wiyono (26). Jelas duka mendalam dirasakan Teguh dan keluarga di Dusun Mulyosari, Desa/Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, karena telah seminggu lebih tidak dipulangkan ke Indonesia.
Perkara kematian Eka tersebut, masuk wilayah hukum Konsulat Jenderal RI Guangzhou. Belum jelas apa sebab, jenasah Eka hingga kini belum dapat dipulangkan ke tanah air.
Informasi lain dilansir dari www.ponorogo.biz, bahwa Eka sempat saling berkomunikasi dengan Tri Winarsih, sesama tenaga Kerja Wanita.
Dari unggahan capture screenshot percakapan, terlihat jelas, Eka mengaku sempat mendapat penganiayaan. Bukan hanya itu, ia juga dituding mencuri uang.
Eka mengaku pula, pernah ditampar pakai “jebor”. Ia merasa sangat tidak kerasan. Eka pernah dituding mencuri dua kali. Rekannya sempat merekam pembicaraan dengan Eka.
"L y iku...tak gawe opo yok en. Q moh masio eroh dwet ndk meja ukeh.
Masio titik..(lha ya iku..saya saya pakai apa ya rugi. Saya tidak mau sekalipun tau uang banyak di meja. Sekalipun sedikit. )"
Tulis Eka di Whatsapp saat ngobrol dengan Tri Winarsih–rekannya.
Dalam situs www.ponorogo.biz, termuat pula lembaran dari AIE Employment Centre. Isinya,…Yang terhormat buat KJRI HK,..bahwa Eka meninggal Minggu jam 3.30 (surat AIE Employment Centre), kondisi tanpa busana.
Sebagaimana rilis JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia) 1 Februai, Eka meninggal sehari sebelum memutuskan balik ke Hongkong 24 Januari 2015. Sabtu (23/1) malam, Eka ditemukan meninggal di kamar mandi majikan saat diajak berlibur.
Menurut data JBMI, selama bekerja bersama majikan, ia sering dianiaya, bahkan pernah diusir dan ditudin mencuri uang. Eka sendiri baru pertama kali ke Cina. Ia pernah meminta tolong ke agen tapi justru dikembalikan ke majikan karena berhutang potongan agen.
Selain mengecam agen dan salah satu PT dimana Eka diberangkatkan, JBMI juga menuntut pemerintah tanggap dan cepat menindaklanjuti perkara kematian misterius Eka.
Sumber : Memo x
Misterius kematian Eka Suryani, kelahiran 7 Mei 1992. Ibu satu anak ini bersuamikan Teguh Wiyono (26). Jelas duka mendalam dirasakan Teguh dan keluarga di Dusun Mulyosari, Desa/Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, karena telah seminggu lebih tidak dipulangkan ke Indonesia.
Perkara kematian Eka tersebut, masuk wilayah hukum Konsulat Jenderal RI Guangzhou. Belum jelas apa sebab, jenasah Eka hingga kini belum dapat dipulangkan ke tanah air.
Informasi lain dilansir dari www.ponorogo.biz, bahwa Eka sempat saling berkomunikasi dengan Tri Winarsih, sesama tenaga Kerja Wanita.
Dari unggahan capture screenshot percakapan, terlihat jelas, Eka mengaku sempat mendapat penganiayaan. Bukan hanya itu, ia juga dituding mencuri uang.
Eka mengaku pula, pernah ditampar pakai “jebor”. Ia merasa sangat tidak kerasan. Eka pernah dituding mencuri dua kali. Rekannya sempat merekam pembicaraan dengan Eka.
"L y iku...tak gawe opo yok en. Q moh masio eroh dwet ndk meja ukeh.
Masio titik..(lha ya iku..saya saya pakai apa ya rugi. Saya tidak mau sekalipun tau uang banyak di meja. Sekalipun sedikit. )"
Tulis Eka di Whatsapp saat ngobrol dengan Tri Winarsih–rekannya.
Dalam situs www.ponorogo.biz, termuat pula lembaran dari AIE Employment Centre. Isinya,…Yang terhormat buat KJRI HK,..bahwa Eka meninggal Minggu jam 3.30 (surat AIE Employment Centre), kondisi tanpa busana.
Sebagaimana rilis JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia) 1 Februai, Eka meninggal sehari sebelum memutuskan balik ke Hongkong 24 Januari 2015. Sabtu (23/1) malam, Eka ditemukan meninggal di kamar mandi majikan saat diajak berlibur.
Menurut data JBMI, selama bekerja bersama majikan, ia sering dianiaya, bahkan pernah diusir dan ditudin mencuri uang. Eka sendiri baru pertama kali ke Cina. Ia pernah meminta tolong ke agen tapi justru dikembalikan ke majikan karena berhutang potongan agen.
Selain mengecam agen dan salah satu PT dimana Eka diberangkatkan, JBMI juga menuntut pemerintah tanggap dan cepat menindaklanjuti perkara kematian misterius Eka.
Sumber : Memo x
Komentar